TUGAS GEOMORFOLOGI INDONESIA PULAU
SULAWESI
DI SUSUN OLEH :
NAMA
: ARTASIA YUNENSI
KELAS : 3C
NIM : 2014133104
DOSEN PEMBIMBING : NURANISA,M.Pd
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
TAHUN AJARAN
2015/2016
KONDISI
MORFOLOGI PULAU SULAWESI
Pulau Sulawesi mempunyai
bentuk yang berbeda dengan pulau lainnya. Apabila melihat busur-busur
disekelilingnya. Benua Asia, maka bagian convaknya mengarah ke Asia tetapi
Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang justru convaknya yang menghadap ke Asia dan
terbuka ke arah Pasifik, oleh karena itu Pola Sulawesi sering disebut berpola
terbalik atau inverted arc. Pulau Sulawesi terletak pada zone peralihan antara dangkalan
Sunda dan dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara
dibatasi oleh Basin Sulawesi ( 5000 – 5500 m ). Di bagian Timur dan Tenggara di
batasi oleh laut Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan kedalaman mencapai
4500 – 5000m. Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh Palung Makasar
(2000-2500m). Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan dataran
rendah yang terdapat secara sporadik, terutama terdapat disepanjang pantai.
Dataran rendah yang relatif lebar dan padat penduduknya adalah dibagian lengan
Selatan.
Berdasarkan orogenesanya dapat dibagi ke dalam tiga daeran (Van Bemmelen,
1949) sebagai berikut :
Ø Orogenese
di bagian Sulawesi Utara
Ø Orogenese
di bagian Sulawesi Sentral
Ø Orogenese
di bagian Sulawesi Selatan
1. Orogenese
di bagian Sulawesi Utara
Meliputi lengan Utara Sulawesi yang memanjang dari kepulauan Talaud sampai
ke Teluk Palu–Parigi. Daerah ini merupakan kelanjutan ke arah Selatan dari
Samar Arc. Termasuk pada daerah ini adalah Kepulauan Togian, yang secara
geomorfologis dikatakan sebagai igir Togian (Tigian Ridge). Daerah orogenese
ini sebagain termasuk pada inner arc, kecuali kepulauan Talaud
sebagai Outer Arc.
2. Orogenese
di bagian Sulawesi Sentral
Dibagian sentral ini terdapat tiga struktur yang menjalur Utara – Selatan
sebagai berikut :
1.
Jalur Timur disebut Zone Kolonodale
2.
Jalur Tengah disebut Zone Poso
3.
Jalur Barat disebut Zone Palu
Jalur Timur terdiri atas lengan timur dan sebagian yang nantinya bersambung
dengan lengan Tenggara. Sebagai batasnya adalah garis dari Malili – Teluk
Tomori. Daerah ini oleh singkapan-singkapan batuan beku ultra basis.
Jalur Tengah atau Zone Poso, batas Barat jalur ini adalah Medianline. Zona
ini merupakan Graben yang memisahkan antara Zona Barat dan Timur. Dibagian
Utara Zone ini terdapat Ledok Tomini dan di Selatannya terdapat Ledok Bone.
Daerah ini ditandai oleh mayoritas batuan Epi sampai Mesometamorfik crystalline
schist yang kaya akan muscovite.
Jalur Barat atau Zona Palu, ditandai oleh terdapat banyaknya batuan grano –
diorite, crystalline schist yang kaya akan biotite dan umumnya banyak ditemui
juga endapan pantai. Zona ini dibagian Utara dibatasi oleh Teluk Palu – Parigi,
di Selatan dibatasi garis dari Teluk Mandar – Palopo. Dari Teluk Mandar –
Palopo ke arah selatan sudah termasuk lengan Selatan – Sulawesi. Daerah jalur
Barat ini merupakan perangkaian antara lengan Utara Zone Palu dan lengan
selatan merupakan satuan sebagain Inner Arc.
3. Orogenese
di bagian Sulawesi Selatan
Secara garis besar tangan selatan Sulawesi merupakan kelanjutan Zone Palu
(Zone bagian barat Sulawesi Tengah) dan tangan tenggara merupakan kelanjutan
dari tangan Timur Sulawesi (Zone Kolonodale). Secara Stratigrafi antara lengan
selatan dan lengan tenggara banyak memiliki kesamaan, begitu juga antara Zone
Palu Lengan Utara dengan Zone Kolonodale Lengan Timur dilain fihak. Walaupun
demikian diantaranya terdapat perbedaan-perbedaan sebagai contoh bagian ujung selatan
(di Selatan D. Tempe) banyak kesamaannya dengan P. Jawa dan Sumatera sedangkan
ujung selatan lengan tenggara lebih banyak kesamaannya dengan Boton Archipelago
dan Group Tukang Besi.
KONDISI GEOLOGI PULAU SULAWESI
Secara umum
Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik,dan
IndoAustralia serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang
menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks. Kumpulan batuan dari busur
kepulauan, batuan bancuh, ofiolit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa
bersama proses penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya (Van
Leeuwen, 1994).
Secara geologik
pulau Sulawesi sangat labil secara karena dilintasi patahan kerak bumi lempeng
Pasifik dan merupakan titik tumbukan antara Lempeng Asia, Lempeng Australia dan
Lempeng Pasifik.
Secara
geologis, Pulau Sulawesi dan sekitarnya merupakan daerah kompleks. Kompleksitas
ini disebabkan oleh konvergensi antara tiga lempeng litosfer: lempeng Australia
yang bergerak ke utara, lempeng Pasifik ke arah barat-bergerak, dan lempeng
Eurasia selatan-tenggara-bergerak.
Berdasarkan keadaan
litotektonik Pulau Sulawesi dibagi 4 yaitu:
· Mandala
barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic Arc) sebagai jalur
magmatik (Cenozoic Volcanics and Plutonic Rocks) yang merupakan bagian ujung
timur Paparan Sunda;
· Mandala
tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yang
ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia
· Mandala
timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen
dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen
· Banggai–Sula
and Tukang Besi Continental fragments kepulauan paling timur Banggai-Sula
dan Buton merupakan pecahan benua yang berpindah ke arah barat karena
strike-slip faults dari New Guinea.
FISIOGRAFI
· Lengan
Utara
Meliputi
propinsi Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan sulawesi Utara
Mempunyai
bentuk berkelok-kelok
Terdapat
gunung api yang masih aktif (Gunung Colo)
Terdapat
banyak patahan (Patahan Palu dan Patahan Gorontalo)
Dipisahkan
dari lengan timur oleh Teluk Tomini
DAS sempit, sungai pendek dan
morfologinya kasar serta banyak perbukitan dan pegunungan
· Lengan
Timur
Meliputi
propinsi Sulawesi Tengah
Banyak
ditemukan batuan grabo dan malihan
Banyak
terjadi gerakan tektonik
DAS sempit, sungai pendek dan
morfologinya kasar serta banyak perbukitan dan pegunungan
· Lengan
Tenggara
Meliputi
wilayah propinsi Sulawesi Tenggara
Tidak
terdapat gunung api aktif maupun tidak aktif
Terjadi batolotik dome dalam
jumlah yang luas dengan batuan grabo yang berwarna hitam
DAS
memanjang, sungai panjang dan terdapat dataran yang luas
· Lengan
Selatan
Merupakan sayap yang
didominasi oleh keberadaan Gunung Lampobatang dengan tinggi 2871 meter
Batuan yang
dominan adalah batuan andesit
Daerahnya
subur
DAS sempit
dan sungainya pendek
Terdapat
danau tempe
KONDISI IKLIM PULAU SULAWESI
Iklim dapat
didefinisikan sebagai ukuran statistik cuaca untuk jangka waktu tertentu, dan
cuaca menyatakan status atmosfer pada sembarang waktu tertentu. Unsur
cuaca atau unsur iklim terdiri dari penerimaan radiasi matahari (kerapatan
flukas pada permukaan datar di permukaan bumi), lama penyinaran matahari, suhu
udara, kelembaban udara, tekanan udara, kecepatan dan arah angin, penutupan
awan, presipitasi (embun, hujan, salju) dan evaporasi/evapotranspirasi. Dua
unsur utama iklim adalah suhu dan curah hujan. Indonesia sebagai daerah tropis
ekuatorial mempunyai variasi suhu yang kecil, sementara variasi curah hujannya
cukup besar. Oleh karena itu curah hujan merupakan unsur iklim yang paling
sering diamati dibandingkan dengan suhu.
Ada beberapa
sifat khas dari iklim Sulawesi, terutama mengenai curah hujan, yaitu :
1. Sulawesi
terletak di daerah peralihan antara rezim hujan Indonesia Barat dan Indonesia
Timur. Garis peralihan itu terletak pada kira-kira 1200 BT atau
di lintang Banteang di Sulawesi Selatan. Tempat-tempat pada lintang tersebut
memperoleh hujan maksimum pada bulan Januari, sedangkan tempat-tempat di
sebelah timur lintang tersebut memperoleh hujan terbanyak pada bulan Mei atau
Juni.
2. Sulawesi
terdiri dari daratan yang sempit dan bergunung, sehingga pengaruh laut terhadap
cuaca sangat besar. Akibatnya di beberapa tempat perubahan cuaca terjadi sangat
cepat. Cuaca terang pada suatu saat bisa dalam sekejap berubah manjadi mendung
dan hujan. Sehingga sering terjadi pula dilanda angin kencang pada musim
pancaroba.
3. Punggung-punggung
pegunungan yang cukup rapat mengakibatkan terlindungnya tempat-tempat dari
angin pembawa hujan, sehingga tempat itu memperoleh hujan sangat sedikit.
Selain sifat
khas iklim di Sulawesi diatas, curah hujan di Sulawesi tidak berbeda dengan
yang terdapat di pulau-pulau lainnya, seperti :
1. Pantai
sebelah timur selamanya lebih kering dari pantai barat. Tetapi pantai barat di
sebelah selatan Mamuju sampai Majene tidak demikian, hal itu disebabkan oleh
angin yang berhembus ke arah pantai arahnya hampir sejajar dengan pantai dari
Mamuju-Majene itu.
2. Makin
tinggi suatu tempat, jumlah hujan yang turun semakin banyak.
1. Sulawesi
tenggara
a. Musim
Keadaan musim di
Propinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari dua musim yakni musim kemarau dan musim
hujan. Musim hujan terjadi antara bulan November s.d bulan Maret, dan musim
kemarau terjadi antara bulan Mei s.d bulan Oktober. Khusus pada bulan April,
arah angin tidak menentu demikian pula curah hujan sehingga pada bulan ini
dikenal sebagai bulan/musim pancaroba.
b. Curah
hujan
Curah hujan di Propinsi
Sulawesi Tenggara umumnya tidak merata. Hal ini menimbulkan adanya wilayah
daerah basah dan wilayah daerah semi kering. Wilayah daerah basah mempunyai
curah hujan lebih dari 2.000 mm/tahun, daerah ini meliputi wilayah sebelah
utara garis Kendari - Kolaka, dan bagian utara pulau Buton dan pulau Wawonii.
Sedangkan wilayah daerah semi kering mempunyai curah hujan kurang dari 2.000
mm/tahun, meliputi wilayah sebelah selatan garis Kendari - Kolaka dan wilayah
kepulauan disebelah Selatan dan Tenggara jazirah Sulawesi Tenggara.
c. Suhu
udara
Karena wilayah daratan
Sulawesi Tenggara mempunyai ketinggian umumnya dibawah 1.000 meter dari
permukaan laut dan berada disekitar daerah khatulistiwa, maka propinsi ini
beriklim tropis.
2. Sulawesi
tengah
Garis katulistiwa yang melintasi semenanjung bagian utara Sulawesi Tengah
membuat iklim di daerah ini tropis. Akan tetapi berbeda dengan Jawa dan Bali
serta sebagian pulau Sumatera, musim hujan di Sulawesi Tengah antara bulan
April dan Oktober sedangkan musim kemarau antara Oktober hingga April.
Rata-rata curah hujan berkisar antara 800–3000 mm per tahun, dan ini merupakan
curah hujan terendah di seluruh Indonesia.
Temperatur berkisar
antara 25° C – 31° C untuk dataran pantai hingga tingkat kelembaban 71% – 76%.
Malam semakin dingin dengan adanya hembusan angin laut.
Di daerah pegunungan,
suhu dapat mencapai 16° C – 22° C dan dapat lebih rendah pada plateaux yang
lebih tinggi khususnya di waktu malam.
PENGEMBANGAN POTENSI FISIK DI SULAWESI
Propinsi Sulawesi memiliki wilayah perairan yang potensial untuk
pengembangan usaha perikanan dan pengembangan wisata bahari, karena disamping
memiliki bermacam-macam hasil ikan, juga memiliki panorama laut yang sangat
indah. Beberapa jenis ikan hasil perairan laut Sulawesi Tenggara yang banyak
ditangkap nelayan adalah : Cakalang, Teri, Layang, Kembung, Udang dll,
disamping itu terdapat pula hasil lain seperti : Teripang, Agar-agar,
Japing-japing, Lola, Mutiara dll.
Hasil Penelitian yang
telah dilakukan oleh ahli kelautan Indonesia dan luar negeri menunjukkan bahwa
Buton Timur (Kepulauan Tukang Besi) memiliki potensi perairan untuk wisata
bahari yang sangat indah bila dibandingkan dengan daerah-daerah wisata bahari
lainnya di Indonesia.
KONDISI TANAH DI SULAWESI
1. Tanah Vulkanis
Ciri-cirinya :
a. Butir
tanahnya halus hingga menyerupai abu
b. Tidak
mudah terbang bila ditiup angin
c. Tanahnya
sangat subur
d. Banyak
mengandung unsur hara yg dibutuhkan tumbuhan
2. Tanah Laterit
Ciri-cirinya :
a. Warnanya
kekuning-kuningan sampai merah
b. Tanahnya
tdk subur
c. Tanahnya
tandus
3. Tanah Kapur
(mediteran)
Ciri-cirinya :
a. Tanahnya
tidak subur
b. Cocok
untuk tanaman kayu jati
c. Memiliki
kandungan bahan organik yg rendah
Secara umum, kondisi
tanahnya kurang subur, erosi lebih besar.
KONDISI HIDROLOGI DI SULAWESI
Sulawesi tenggara
Propinsi Sulawesi Tenggara memiliki beberapa sungai besar, tersebar di
empat Kabupaten umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber
tenaga untuk kebutuhan industri dan rumah tangga dan juga irigasi.
Sungai-sungai besar tersebut seperti : sungai Konawe, disungai ini berdiri
Bendungan Wawotobi yang mampu mengairi sawah seluas 18.000 Ha. Selain itu ada
sungai Lasolo, sungai Roraya, sungai Sampolawa, sungai Wandasa, sungai Kabangka
Balano, sungai Laeya dan lain-lain.