Minggu, 22 November 2015

TUGAS GEOMORFOLOGI INDONESIA PULAU SULAWESI

TUGAS GEOMORFOLOGI INDONESIA PULAU SULAWESI





DI SUSUN OLEH :
NAMA                                           : ARTASIA YUNENSI
KELAS                                          : 3C
NIM                                              : 2014133104
DOSEN PEMBIMBING             : NURANISA,M.Pd





UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAHUN AJARAN
2015/2016







KONDISI MORFOLOGI PULAU SULAWESI

Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau lainnya. Apabila melihat busur-busur disekelilingnya. Benua Asia, maka bagian convaknya mengarah ke Asia tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang justru convaknya yang menghadap ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik, oleh karena itu Pola Sulawesi sering disebut berpola terbalik atau inverted arc. Pulau Sulawesi terletak pada zone peralihan antara dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara dibatasi oleh Basin Sulawesi ( 5000 – 5500 m ). Di bagian Timur dan Tenggara di batasi oleh laut Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan kedalaman mencapai 4500 – 5000m. Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh Palung Makasar (2000-2500m). Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan dataran rendah yang terdapat secara sporadik, terutama terdapat disepanjang pantai. Dataran rendah yang relatif lebar dan padat penduduknya adalah dibagian lengan Selatan.
Berdasarkan orogenesanya dapat dibagi ke dalam tiga daeran (Van Bemmelen, 1949) sebagai berikut :
Ø  Orogenese di bagian Sulawesi Utara
Ø  Orogenese di bagian Sulawesi Sentral
Ø  Orogenese di bagian Sulawesi Selatan
1.      Orogenese di bagian Sulawesi Utara
Meliputi lengan Utara Sulawesi yang memanjang dari kepulauan Talaud sampai ke Teluk Palu–Parigi. Daerah ini merupakan kelanjutan ke arah Selatan dari Samar Arc. Termasuk pada daerah ini adalah Kepulauan Togian, yang secara geomorfologis dikatakan sebagai igir Togian (Tigian Ridge). Daerah orogenese ini sebagain termasuk pada inner arc,  kecuali kepulauan Talaud sebagai Outer Arc.
2.      Orogenese di bagian Sulawesi Sentral
Dibagian sentral ini terdapat tiga struktur yang menjalur Utara – Selatan sebagai berikut :
1.                  Jalur Timur disebut Zone Kolonodale
2.                  Jalur Tengah disebut Zone Poso
3.                  Jalur Barat disebut Zone Palu
Jalur Timur terdiri atas lengan timur dan sebagian yang nantinya bersambung dengan lengan Tenggara. Sebagai batasnya adalah garis dari Malili – Teluk Tomori. Daerah ini oleh singkapan-singkapan batuan beku ultra basis.
Jalur Tengah atau Zone Poso, batas Barat jalur ini adalah Medianline. Zona ini merupakan Graben yang memisahkan antara Zona Barat dan Timur. Dibagian Utara Zone ini terdapat Ledok Tomini dan di Selatannya terdapat Ledok Bone. Daerah ini ditandai oleh mayoritas batuan Epi sampai Mesometamorfik crystalline schist yang kaya akan muscovite.
Jalur Barat atau Zona Palu, ditandai oleh terdapat banyaknya batuan grano – diorite, crystalline schist yang kaya akan biotite dan umumnya banyak ditemui juga endapan pantai. Zona ini dibagian Utara dibatasi oleh Teluk Palu – Parigi, di Selatan dibatasi garis dari Teluk Mandar – Palopo. Dari Teluk Mandar – Palopo ke arah selatan sudah termasuk lengan Selatan – Sulawesi. Daerah jalur Barat ini merupakan perangkaian antara lengan Utara Zone Palu dan lengan selatan merupakan satuan sebagain Inner Arc.
3.      Orogenese di bagian Sulawesi Selatan
Secara garis besar tangan selatan Sulawesi merupakan kelanjutan Zone Palu (Zone bagian barat Sulawesi Tengah) dan tangan tenggara merupakan kelanjutan dari tangan Timur Sulawesi (Zone Kolonodale). Secara Stratigrafi antara lengan selatan dan lengan tenggara banyak memiliki kesamaan, begitu juga antara Zone Palu Lengan Utara dengan Zone Kolonodale Lengan Timur dilain fihak. Walaupun demikian diantaranya terdapat perbedaan-perbedaan sebagai contoh bagian ujung selatan (di Selatan D. Tempe) banyak kesamaannya dengan P. Jawa dan Sumatera sedangkan ujung selatan lengan tenggara lebih banyak kesamaannya dengan Boton Archipelago dan Group Tukang Besi.

KONDISI GEOLOGI PULAU SULAWESI
Secara umum Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik,dan IndoAustralia serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks. Kumpulan batuan dari busur kepulauan, batuan bancuh, ofiolit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama proses penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya (Van Leeuwen, 1994).

Secara geologik pulau Sulawesi sangat labil secara karena dilintasi patahan kerak bumi lempeng Pasifik dan merupakan titik tumbukan antara Lempeng Asia, Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik.
Secara geologis, Pulau Sulawesi dan sekitarnya merupakan daerah kompleks. Kompleksitas ini disebabkan oleh konvergensi antara tiga lempeng litosfer: lempeng Australia yang bergerak ke utara, lempeng Pasifik ke arah barat-bergerak, dan lempeng Eurasia selatan-tenggara-bergerak.
Berdasarkan keadaan litotektonik Pulau Sulawesi dibagi 4 yaitu:
·         Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic Arc) sebagai jalur magmatik (Cenozoic Volcanics and Plutonic Rocks) yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda;
·         Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yang ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia
·         Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen
·         Banggai–Sula and Tukang Besi Continental fragments kepulauan paling timur Banggai-Sula dan Buton merupakan pecahan benua yang berpindah ke arah barat karena strike-slip faults dari New Guinea.

FISIOGRAFI
·         Lengan Utara
Meliputi propinsi Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan sulawesi  Utara
Mempunyai bentuk berkelok-kelok
Terdapat gunung api yang masih aktif (Gunung Colo)
Terdapat banyak patahan (Patahan Palu dan Patahan Gorontalo)
Dipisahkan dari lengan timur oleh Teluk Tomini
DAS sempit, sungai pendek dan morfologinya kasar serta banyak perbukitan dan pegunungan
·         Lengan Timur
Meliputi propinsi Sulawesi Tengah
Banyak ditemukan batuan grabo dan malihan
Banyak terjadi gerakan tektonik
DAS sempit, sungai pendek dan morfologinya kasar serta banyak perbukitan dan pegunungan
·         Lengan Tenggara
Meliputi wilayah propinsi Sulawesi Tenggara
Tidak terdapat gunung api aktif maupun tidak aktif
Terjadi batolotik dome dalam jumlah yang luas dengan batuan grabo yang berwarna hitam
DAS memanjang, sungai panjang dan terdapat dataran yang luas
·         Lengan Selatan
Merupakan sayap yang didominasi oleh keberadaan Gunung Lampobatang dengan tinggi 2871 meter
Batuan yang dominan adalah batuan andesit
Daerahnya subur
DAS sempit dan sungainya pendek
Terdapat danau tempe


KONDISI IKLIM PULAU SULAWESI
Iklim dapat didefinisikan sebagai ukuran statistik cuaca untuk jangka waktu tertentu, dan cuaca menyatakan status atmosfer pada sembarang waktu tertentu.  Unsur cuaca atau unsur iklim terdiri dari penerimaan radiasi matahari (kerapatan flukas pada permukaan datar di permukaan bumi), lama penyinaran matahari, suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, kecepatan dan arah angin, penutupan awan, presipitasi (embun, hujan, salju) dan evaporasi/evapotranspirasi. Dua unsur utama iklim adalah suhu dan curah hujan. Indonesia sebagai daerah tropis ekuatorial mempunyai variasi suhu yang kecil, sementara variasi curah hujannya cukup besar. Oleh karena itu curah hujan merupakan unsur iklim yang paling sering diamati dibandingkan dengan suhu.
Ada beberapa sifat khas dari iklim Sulawesi, terutama mengenai curah hujan, yaitu :
1.      Sulawesi terletak di daerah peralihan antara rezim hujan Indonesia Barat dan Indonesia Timur. Garis peralihan itu terletak pada kira-kira 120BT atau di lintang Banteang di Sulawesi Selatan. Tempat-tempat pada lintang tersebut memperoleh hujan maksimum pada bulan Januari, sedangkan tempat-tempat di sebelah timur lintang tersebut memperoleh hujan terbanyak pada bulan Mei atau Juni.
2.      Sulawesi terdiri dari daratan yang sempit dan bergunung, sehingga pengaruh laut terhadap cuaca sangat besar. Akibatnya di beberapa tempat perubahan cuaca terjadi sangat cepat. Cuaca terang pada suatu saat bisa dalam sekejap berubah manjadi mendung dan hujan. Sehingga sering terjadi pula dilanda angin kencang pada musim pancaroba.
3.      Punggung-punggung pegunungan yang cukup rapat mengakibatkan terlindungnya tempat-tempat dari angin pembawa hujan, sehingga tempat itu memperoleh hujan sangat sedikit.
Selain sifat khas iklim di Sulawesi diatas, curah hujan di Sulawesi tidak berbeda dengan yang terdapat di pulau-pulau lainnya, seperti :
1.      Pantai sebelah timur selamanya lebih kering dari pantai barat. Tetapi pantai barat di sebelah selatan Mamuju sampai Majene tidak demikian, hal itu disebabkan oleh angin yang berhembus ke arah pantai arahnya hampir sejajar dengan pantai dari Mamuju-Majene itu.
2.      Makin tinggi suatu tempat, jumlah hujan yang turun semakin banyak.

1.      Sulawesi tenggara
a.       Musim
Keadaan musim di Propinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari dua musim yakni musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan terjadi antara bulan November s.d bulan Maret, dan musim kemarau terjadi antara bulan Mei s.d bulan Oktober. Khusus pada bulan April, arah angin tidak menentu demikian pula curah hujan sehingga pada bulan ini dikenal sebagai bulan/musim pancaroba.

b.      Curah hujan
Curah hujan di Propinsi Sulawesi Tenggara umumnya tidak merata. Hal ini menimbulkan adanya wilayah daerah basah dan wilayah daerah semi kering. Wilayah daerah basah mempunyai curah hujan lebih dari 2.000 mm/tahun, daerah ini meliputi wilayah sebelah utara garis Kendari - Kolaka, dan bagian utara pulau Buton dan pulau Wawonii. Sedangkan wilayah daerah semi kering mempunyai curah hujan kurang dari 2.000 mm/tahun, meliputi wilayah sebelah selatan garis Kendari - Kolaka dan wilayah kepulauan disebelah Selatan dan Tenggara jazirah Sulawesi Tenggara.
c.       Suhu udara
Karena wilayah daratan Sulawesi Tenggara mempunyai ketinggian umumnya dibawah 1.000 meter dari permukaan laut dan berada disekitar daerah khatulistiwa, maka propinsi ini beriklim tropis.
2.      Sulawesi tengah
Garis katulistiwa yang melintasi semenanjung bagian utara Sulawesi Tengah membuat iklim di daerah ini tropis. Akan tetapi berbeda dengan Jawa dan Bali serta sebagian pulau Sumatera, musim hujan di Sulawesi Tengah antara bulan April dan Oktober sedangkan musim kemarau antara Oktober hingga April. Rata-rata curah hujan berkisar antara 800–3000 mm per tahun, dan ini merupakan curah hujan terendah di seluruh Indonesia.
Temperatur berkisar antara 25° C – 31° C untuk dataran pantai hingga tingkat kelembaban 71% – 76%. Malam semakin dingin dengan adanya hembusan angin laut.
Di daerah pegunungan, suhu dapat mencapai 16° C – 22° C dan dapat lebih rendah pada plateaux yang lebih tinggi khususnya di waktu malam.

PENGEMBANGAN POTENSI FISIK DI SULAWESI
Propinsi Sulawesi memiliki wilayah perairan yang potensial untuk pengembangan usaha perikanan dan pengembangan wisata bahari, karena disamping memiliki bermacam-macam hasil ikan, juga memiliki panorama laut yang sangat indah. Beberapa jenis ikan hasil perairan laut Sulawesi Tenggara yang banyak ditangkap nelayan adalah : Cakalang, Teri, Layang, Kembung, Udang dll, disamping itu terdapat pula hasil lain seperti : Teripang, Agar-agar, Japing-japing, Lola, Mutiara dll.
Hasil Penelitian yang telah dilakukan oleh ahli kelautan Indonesia dan luar negeri menunjukkan bahwa Buton Timur (Kepulauan Tukang Besi) memiliki potensi perairan untuk wisata bahari yang sangat indah bila dibandingkan dengan daerah-daerah wisata bahari lainnya di Indonesia.
KONDISI TANAH DI SULAWESI
1. Tanah Vulkanis
Ciri-cirinya :
a.       Butir tanahnya halus hingga menyerupai abu
b.      Tidak mudah terbang bila ditiup angin
c.       Tanahnya sangat subur
d.      Banyak mengandung unsur hara yg dibutuhkan tumbuhan


2. Tanah Laterit
Ciri-cirinya :
a.       Warnanya kekuning-kuningan sampai merah
b.      Tanahnya tdk subur
c.       Tanahnya tandus
3. Tanah Kapur (mediteran)
Ciri-cirinya :
a.       Tanahnya tidak subur
b.      Cocok untuk tanaman kayu jati
c.       Memiliki kandungan bahan organik yg rendah
Secara umum, kondisi tanahnya kurang subur, erosi lebih besar.

KONDISI HIDROLOGI DI SULAWESI
 Sulawesi tenggara
Propinsi Sulawesi Tenggara memiliki beberapa sungai besar, tersebar di empat Kabupaten umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga untuk kebutuhan industri dan rumah tangga dan juga irigasi. Sungai-sungai besar tersebut seperti : sungai Konawe, disungai ini berdiri Bendungan Wawotobi yang mampu mengairi sawah seluas 18.000 Ha. Selain itu ada sungai Lasolo, sungai Roraya, sungai Sampolawa, sungai Wandasa, sungai Kabangka Balano, sungai Laeya dan lain-lain.



Jumat, 20 November 2015

Prilaku siswa dalam pembelajaran TIK

Sebelum membahas tentang prilaku siswa dalam pembelajaran   teknologi infomasi komunikasi,disini akan saya bahas tentang peranan penting TIK dalam media pembelajaran baik dari proses belajar secara praktis dan lebih mudah bukan hanya itu  TIK juga sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet.

prilaku siswa dalam pembelajaran TIK yaitu dimana siswa itu dalam penggunaan TIK mempunyai tujuan tertentu dalam media pembelajaran,prilaku siswa ini mempunyai dampak positif dan negatif .dampak negatif ini baik dari segi kemalasan dalam belajar terpacu pada jaringan internet tidak mau berfikir sendiri,bukan hanya itu prilaku siswa dalam pembelajaran tik siswa akan lebih mudah mengetahui akses internet yang   menyangut situs situs asusila sehingga kebanyakan siswa SD SMP SMA baik dari kalangan mahasiswa menonton atau membrowsing alamat web porno,yang sangat disayangkan adala anak SD kelas 1 pun sudah mengetahui bagaimana cara mencari situs situs yang tidak semestinya untuk di buka oleh anak SD sehingga dapat meruba pola fikir dan prilaku anak menjadi berfikir dewasa setelah melihat vedio atau film yang tidk seharusnya ia lihat dan akibatnya akan menimbulkan keingin tahuan nya semakin tinggi sehingga prilaku si anak akan cenderung menirukan apa yang ia lihat dari media internet tersebut.prilaku siswa dalam pembelajaran tik ini sangat perlu perhatian dari para guru baik dari pada orang  tua harus mengawasi anak dalam penggunaan tik. dampak positif dari prilaku siswa dalam pembelajaran Tik ini sangat penting mengapa dikatakan penting karena TIK dapat membuat siswa lebih aktif dalam belajar lebih mudah dalam mengakses media pembelajaran ketika adanya diskusi  dan belajar secara LEARNING dan bisa melalui vedio/audio,data/audio dan proses belajar secara mudah melalui edmodo yang mempermudah siswa untuk mengsisi soal tanpa harus menulis di buku.prilaku siswa juga akan terlihat lebih kreatif dan lebih efektif dalam belajar sehingga guru akan lebih mudah memberikan materi kepada siswa.akan lebih baik para orangg tua dan guru ada untuk mengawasi.

Rabu, 21 Oktober 2015

Berjuang berbeda dengan Pejuang

19 tahun yang lalu aku berada di dekat ibu dan ayahku,ketika aku berumr 8 tahun aku menginjakan kaki di kota aku menunut ilmu di kota pergaulanku juga di kota hinga aku tumbuh dewasa sampai sampai aku tidak pernah pulang kekmpung halamanku.waktuku kecil hidupku seperti bidadari kecil yang di manja apapun yang aku inginkan akan terwujud tidak pernah merasakan apa yang itu sakit sakit apa itu caci maki dan apa itu hinaan yang aku tau orang tanteku menyayangiku,dia tidak pernah marah kepadaku sedikitpun.hingga aku aku tumbuh remaja aku mulai merasakan apa yang tidak aku rasakan ketika aku masih kecil,aku menyesal mengapa aku harus tinggal dengan orang orang yang menurutku hanya membuatku sakit hati dan menahan hati mereka tidak pernah memikirkan perasaanku sama skali mereka hanya bisa engunggkapkan kata kata kasar.air mata tidak pernah abisuntuk menanggis terkadang aku seperti orang yang selalu salah dimata mereka aku inin menjawab apa yang harus aku jawab tapi hanya sia sia aku akan tetap salah.setiap hari yang aku rasakan hanya keterkekangan serba salah tidak ada benarnya apa yng aku lakukan sekarang.ketika SMA pun tiba keadaan semakin para yang aku rasakan,untuk sekolah pun susah mencari uang untukkeperluan sekolah  dengan berjualan pulsa,menjual gambaran karyaku sendiri,3 tahun lamanya aku di SMA masa masa sulit itu aku lewati demi untuk bersekolah tanpa uang saku sedikitpun untukku tapi aku tetap semangat sekolah beesyukur karena itu adalah cobaan dari Allah SWT,ketika pulang sekolah bukan seperti teman-temaanku lempar tas dikamar lalu tidur berebda denganku ketika pilang sekolah banyak sekali aktivitas yang aku lakukan terkadang baju sekolahpun tidak di lepas .ketikatamat sekolah aku berharap dapat masuk di perguruan negeri tapi nasib berpihak lain aku hanya bisa masuk di swasta keadaanku semakin dituntut untuk menjadi lebih baik tapi seperti memaksa apa yang aku lakukan akan salahdi tuntut mencari kerja ketika bayaran semester untuk kuliah sangat sulit yang aku rasakan.saran saya ketika anda ingin kuliah tolong liat situasi anda sekarang apakah mempunyai keuangan yang mencukupi tidak masalah akan tetapi berfikirlah jika kalian akan tinggal dengan tante om uwak atau siapapun karena seseorang it berbeda dengan orang tua kalin sendiri karena orang tua tidak akan menuntutmu untuk menjadi keset kaki yang di injak injak .kita hidup dengan orang lain hanya yang anda rasakan rasa sakit hati dan keceewa.maka dari itu sebelum kalian melamjutkan kuliah kalian terlebih dahulu menyiapkan uang yaitu bekerja terlebih dahulu,jika kalian hanya mengandalkan satu orang bagaimana kalian akan sampai pada titik erang yang sebenarnya.

Senin, 19 Oktober 2015

Inilah kami seorang mahasiswa

Kampus dimana kita merasakan apa yang dinamakan dunia pendidikan yang sebenarnya,teman yang berbeda sikap dan pilaku kita rasakan.saya sendiri sebagai mahasiswa jurusan fkip geografi di salah satu universitas swasta di palembang,dimana saya waktu SMA merasakan masa remaja yang asik bercanda dengan teman-teman tanpa menghiraukan pelajaran tugas tanpa saya perdulikan sekarang saya sendiri merasakan tugas yang menumpuk makalah menggunung uang jajan uang saku pun ikut terkuras.keluhan yang saya rasakan ketika uang registrasi uang semester sulit untuk di dapat,benar apa kata orang kuliah tidak gampang.apalagi pandangan orang tua yang kurang mampu dia akan berfikir tentang kampus hanyalah menghabiskan uang saja,bukan hanya uang tenagapun terkuras hanya untuk tugas yang menumpuk setiap hari waktupun ikut tersita susah untuk berkumpul dengan teman SMA.menyandang predikat mahasiswa tidak mudah teman butuh ektra hati-hati,waspada,semangat ,materi,dan motivasi diri kalian agar mampu menyelesaikan tugas kalian di kampus bukan hanya belajara secara tulisan akan tetapi kampus juga adalah agen kita untuk berorganisasi agar terbiasa berbicara di depan umum.organisasi di kampus bukan hanya ikuti kumpul saja akan tetapi diri kita harus melakukan hal apa saja yang di lakukan di organisasi misalkan ada kegiatan BEM.Hey teman kalian sadar tidak perubahan yang kalian alami dari SMA hingga di bangku kuliah apa kalian sudah mampu bersiap dewasa berani mengungkapkan pendapat berdebat ketika diskusi kesal ketika nilai kalian mendapat  C bukan hanya itu kalian juga mendapatkan dosen yang kemarin sewaktu kalian SMA yang kalian hanya tau sebutan seseorang yang mengajar dengan nama guru pak guru dan buk guru sekarang kalian bisa tau dengan nama dosen,dosenpun bermacam-macam sifat dan karakter kita harus faham dan mengerti karakter dosen kita jangan hanya tau nama  saja dan perlu hati-hati dan ekstra hati-hati nilai kalian teman jangan sampai nilai kalian hancur diwarnai huruf C yang menganggu.terimah kasih sudah membaca teman-teman mahasiswa

TUGAS GEOMORFOLOGI PULAU JAWA

GEOMORFOLOGI PULAU JAWA

MATA KULIAH GEOMORFOLOGI INDONESIA
DOSEN PENGASUH :
NURANISA.M,Pd
DI SUSUN OLEH :
ARTASIA YUNENSI
KELAS :3C
UNIVERSITAS PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

2015







1.         FISIOGRAFI DAN GEOMORFOLOGI PULAU JAWA

A.    morfologi

Pulau Jawa mempunyai sifat fisiografi yang khas dan hal ini disebabkan karena beberapa keadaan. Satu diantaranya Jawa beriklim tropis. Disamping itu ciri-ciri geografinya disebabkan karena merupakan geosiklinal muda dan jalur orogenesa dengan banyak vulkanisme yang kuat. Kondisi seperti itu mengakibatkan Jawa mempunyai bentuk yang sempit dan memanjang. Perubahannya dalam bagian-bagian tertentu yaitu sepanjang dan searah dengan panjangnya pulau Jawa. Sifat relief yang disebabkan oleh iklim tropis sudah diketahui dan dipelajari di Indonesia. Curah hujan yang besar dan temperatur yang tinggi menyebabkan pelapukan yang cepat dan intensif, danudasi, dan gejala yang mengikuti adalah erosi vertikal. Perbedaan topografi yang disebabkan karena adanya perbedaan batuannya kurang nampak jelas bila dibandingkan dengan daerah iklim lain, meskipun pulau Jawa banyak terdapat lembah kecil dan mempunyai tebing yang curam. Akibatnya banyak hujan berarti banyak air yang harus dibuang sehingga banyak terjadi dijumpai parit alam (gully) yang begitu rapat. Karena banyaknya pari-parit yang rapat mengakibatkan topografinya terkikis, sehingga sisa permukaan yang dulu pernah terangkat tinggal sebagian igir yang sempit dan akan hilang dalam waktu singkat. Sebaliknya peneplain dan permukaan yang datar juga akan terbentuk dalam waktu yang cepat dari pada di daerah iklim lainnya. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan suatu daerah berupa peneplain, tetapi untuk pulau Jawa mungkin mengherankan mengapa semua topografinya belum merupakan peneplain. Alasannya bahwa erosi dan danudasi dapat diimbangi oleh orogenesa muda dan epirogenesa yang masih bergerak, yang mana gerak lipatan/ melipat masih terus berlangsung dalam sebuah periode era pleistosen. Akan tetapi di balik itu gunungapi banyak mengeluarkan bahan-bahan yang banyak dari pada apa yang dihasilkan oleh gejala erosi pada permukaan tanah. Pada dasarnya dapat dibedakan 3 zona pokok memanjang sepanjang pulau. Ketiga zona ini sangat berbeda baik di Jawa Timur, Jawa Tengah, maupun Jawa Barat. Dibagian tengah dan bagian paling barat pulau Jawa, zona-zona serta jalurnya tampak kurang jelas karena menunjukan adanya perubahan-perubahan. Zona-zona tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Zona Selatan
Kurang lebih berupa plato, berlereng (miring) ke arah selatan menuju laut Hindia dan disebelah utara berbentuk tebing patahan. Kadang-kadang zona ini sering terkikis sehingga kehilangannya bentuk platonya. Di Jawa Tengah sebagian dari zona ini telah diganti (ditempati) oleh dataran alluvial.
b. Zona Tengah
Di Jawa Timur dan sebagian dari Jawa Barat merupakan depresi. Di tempat-tempat tersebut muncul kelompok gunung berapi yang besar. Di Jawa Tengah sebagian daerahnya diganti (ditempati) oleh rangkaian pegunungan Serayu selatan, yang mana disebelah utara berbatasan dengan depresi yang lebih kecil. Di bagian paling barat daerah Banten ditempati oleh bukit-bukit dan pegunungan.
c. Zona Utara
Zona utara terdiri dari rangkaian gunung lipatan, berupa bukit-bukit rendah diselingi oleh beberapa gunungapi. Dan ini biasanya berbatasan dengan dataran alluvial.


B.     Fisiografi pulau jawa
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYb_IpLz3QkGpULZsV-Ln4C8wyodX9Nh98J2-50RRz_e8MxL_tpZIW7sLaMbELStMCMdVZSGoEC4PuuM6rLUtfNcFgTPw3v0FtFyGQHmZb4HJolc9f7JiojNDbas20Q2CYTK3AlR_1p477/s320/peta-Jawa.jpg

 

Pulau Jawa memiliki sifat fisiografi yang khas, dan hal ini disebabkan karena beberapa keadaan. Satu di antaranya adalah iklim tropis, disamping itu ciri-ciri geografisnya disebabkan karena merupakan geosinklinal muda dan jalur orogenesa dengan banyak vulkanisme yang kuat. Karena kekuatan inilah mengakibatkan Pulau Jawa berbentuk memanjang dan sempit.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEici3M-lypLxSgUGPxB9KGe30sVVDAk6px3eCEpUJ7A31hyphenhyphenhgLH4qgByKY0gvFNkOJiRqQu_Jbd3tQ4BJm7mM9tGMAY9TXEVlMYRyoSvrSzTHj6plbHJaSIFXbOCZmH08YJSCRxIVI02ah3/s320/geomorfologi06.jpg
Perubahannya dalam bagian-bagian tertentu sepanjang dan searah dengan panjangnya pulau, dari tepi satu ke tepi yang lainnya. Sifat relief yang disebabkan oleh iklim tropis sudah diketahui dan dipetakan di Indonesia. Curah hujan yang besar dan temperatur yang tinggi menyebabkan pelapukan yang cepat dan intensif, juga denudasi, gejala yang mengikuti adalah erosi vertikal.

Perbedaan topografi yang disebabkan adanya perbedaan batu-batuannya nampak kurang jelas bila dibandingkan dengan daerah iklim lain, meskipun lembah kecil mempunyai tebing yang curam. Akibatnya banyak hujan berarti banyak air yang harus dibuang, sehingga banyak parit alam (guliy) yang begitu rapat.

Karena banyaknya parit-parit yang rapat tersebut topografinya terkikis-kikis. Akibatnya sisa-sisa permukaan yang dulu pernah terangkat hilang dalam waktu yang singkat.Sebaliknya peneplain dan lain-lain yang permukaannya datar juga terbentuk dalam waktu yang singkat dari pada iklim yang lainnya. Dalam hal ini mungkin mengherankan mengapa topografi Pulau Jawa semuanya belum merupakan peneplain? Hal ini karena erosi dan denudasi dapat diimbangi orogenesa muda dan epirogenesa yang masih bergerak, yang mana gerak pelipatan masih terus berlangsung dalam sebuah periode dari era pleistosen, tapi di balik itu semua gunung berapi banyak mengeluarkan bahan-bahan material yang lebih banyak daripada apa yang dihasilkan oleh gejala erosi pada permukaan tanah.

Pulau Jawa secara fisiografi dan struktural, dibagi atas empat bagian utama (Bemmelen, 1970) yaitu:
§  Sebelah barat Cirebon (Jawa Barat)
§  Jawa Tengah (antara Cirebon dan Semarang)
§  Jawa Timur (antara Semarang dan Surabaya)
§  Cabang sebelah timur Pulau Jawa, meliputi Selat Madura dan Pulau Madura Jawa Tengah merupakan bagian yang sempit di antara bagian yang lain dari Pulau Jawa, lebarnya pada arah utara-selatan sekitar 100 – 120 km.
Daerah Jawa Tengah tersebut terbentuk oleh dua pegunungan yaitu Pegunungan Serayu Utara yang berbatasan dengan jalur Pegunungan Bogor di sebelah barat dan Pegunungan Kendeng di sebelah timur serta Pegunungan Serayu Selatan yang merupakan terusan dari Depresi Bandung di Jawa Barat.
Pegunungan Serayu Utara memiliki luas 30-50 km, pada bagian barat dibatasi oleh Gunung Slamet dan di bagian timur ditutupi oleh endapan gunung api muda dari Gunung Rogojembangan, Gunung Prahu dan Gunung Ungaran.
Gunung Ungaran merupakan gunung api kuarter yang menjadi bagian paling timur dari Pegunungan Serayu Utara. Daerah Gunung Ungaran ini di sebelah utara berbatasan dengan dataran aluvial Jawa bagian utara, di bagian selatan merupakan jalur gunung api Kuarter (Sindoro, Sumbing, Telomoyo, Merbabu), sedangkan pada bagian timur berbatasan dengan Pegunungan Kendeng (Gambar 2.1). Bagian utara Pulau Jawa ini merupakan geosinklin yang memanjang dari barat ke timur (Bemmelen, 1970).
ketsa fisiografi Pulau Jawa bagian tengah (Bemmelen,1943 vide Bemmelen, 1970, dengan modifikasi)

     C.  Stratigrafi Regional
Secara lebih rinci, fisiografi Pegunungan Serayu Utara dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian barat (Bumiayu), bagian tengah (Karangkobar) dan bagian timur (Ungaran). Dalam Bemmelen (1970) diuraikan bahwa stratigrafi regional Pegunungan Serayu Utara bagian timur (Gunung Ungaran dan sekitarnya) dari yang tertua adalah sebagai berikut:
a)      Lutut Beds Endapan ini berupa konglomerat dan batugamping dengan fosil berupa Spiroclypeus, Eulipidina, Miogypsina dengan penyebaran yang sempit. Endapan ini menutupi endapan Eosen yang ada di bawahnya.endapan ini berumur Oligo-Miosen.
b)      Merawu Beds Endapan ini merupakan endapan flysch yang berupa perselangselingan lempung serpihan, batupasir kuarsa dan batupasir tufaan dengan fosil Lepidocyclina dan Cycloclypeus. Endapan ini berumur Miosen Bawah.
c)      Panjatan Beds Endapan ini berupa lempung serpihan yang relatif tebal dengan kandungan fosil Trypliolepidina rutteni, Nephrolepidina ferreroi PROV., N. Angulosa Prov., Cycloclypeus sp., Radiocyclocypeus TAN., Miogypsina thecideae formis RUTTEN. Fosil yang ada menunjukkan Miosen Tengah.
d)     Banyak Beds Endapan ini berupa batu pasir tufaan yang diendapkan pada Miosen Atas.
e)      Cipluk Beds Endapan ini berada di atas Banyak Beds yang berupa napal yang berumur Miosen Atas.
f)       Kapung Limestone Batu gamping tersebut diendapkan pada Pliosen Bawah dengan dijumpainya fosil Trybliolepidina dan Clavilithes sp. Namun fosil ini kelimpahannya sangat sedikit.
g)      Kalibluk Beds Endapan ini berupa lempung serpihan dan batupasir yang mengandung moluska yang mencirikan fauna cheribonian yang berumur Pliosen Tengah.
h)      Damar Series Endapan ini merupakan endapan yang terbentuk pada lingkungan transisi. Endapan yang ada berupa tuffaceous marls dan batupasir tufaan yang mengandung fosil gigi Rhinocerous, yang mencirikan Pleistosen awal-Tengah.
i)        Notopuro Breccias Endapan ini berupa breksi vulkanik yang menutupi secara tidak selaras di atas endapan Damar Series. Endapan ini terbentuk pada Pleistosen Atas.
j)        Alluvial dan endapan Ungaran Muda Endapan ini merupakan endapan alluvial yang dihasilkan oleh proses erosi yang terus berlangsung sampai saat ini (Holosen). Selain itu juga dijumpai endapan breksi andesit yang merupakan produk dari Gunung Ungaran Muda. Menurut Budiardjo et. al. (1997), stratigrafi daerah.Ungaran dari yang tua ke yang muda adalah sebagai berikut:
1.      Batugamping volkanik
2.      Breksi volkanik III
3.      Batupasir volkanik
4.      Batulempung volkanik
5.      Lava andesitic
6.      Andesit porfiritik
7.      Breksi volkanik II
8.      Breksi volkanik I
9.      Andesit porfiritik
10.  Lava andesit
11.  .Aluvium
Peta geologi regional daerah Ungaran (Budiardjo, et. al., 1997) 
Peta Ungaran fault System dan antiklinorium utara Candi (Bemmelen, 1943 vide Bemmelen, 1970 dengan perubahan

2.           JENIS-JENIS TANAH DI PULAU JAWA

1.      Tanah Vulkanis
Ciri-cirinya :
§  Butir tanahnya halus hingga menyerupai abu
§  Tidak mudah terbang bila ditiup angin
§  Tanahnya sangat subur
§  Banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan
§  Pulau Jawa merupakan letak terbanyak gunung berapi di Indonesia
§  Tersebar di bagian tengah dan selatan Pulau Jawa

2.      Tanah Aluvial
Ciri-cirinya :
§  Tanahnya sangat subur
§  Terbentuk dari hasil endapan di tempat yg lebih rendah
§  Banyak terdapat di lembah aliran sungai dan dataran rendah
§  Daerah ini merupakan lumbung-lumbung beras di tanah air
§  Dimanfaatkan sebagai daerah  pertanian tanaman padi
§  Tersebar di bagian utara Pulau Jawa

3.      Tanah Humus
Ciri-cirinya :
§  Tanahnya sangat subur
§  Berasal dr pembusukan tumbuhan
§  Terdapat di bag. Atas dr tanah pada hutan-hutan lebat
§  Berasal dari pembusukan-pembusukan tumbuhan



3.          HIDROLOGI PULAU JAWA
Pola hidrologi kawasan kars Kendeng Utara secara regional adalah pola aliran  paralel dimana terdapat penjajaran mata air dan mengikuti struktur geologi yang ada. Pola aliran seperti ini merupakan cerminan bahwa pola aliran sungai di kawasan kars Sukolilo Pati dan kawasan kars Grobogan dipengaruhi oleh struktur geologi yang berkembang. Sungai-sungai yang mengalir dibagi menjadi dua zona, yaitu zona aliran Utara dan zona aliran Selatan. Baik zona Utara maupun Selatan adalah sungai-sungai yang muncul dari rekahan batugamping kawasan tersebut atau karst spring dengan tipe mata air kars rekahan (fracture springs).Terbentuknya mata air rekahan tersebut akibat terjadinya patahan pada blok batugamping di kawasan ini saat proses pengangkatan dan perlipatan.
Zona ditemukannya penjajaran mata air tersebut merupakan batas zona jenuh. Pada zona Utara pemunculan mata air kars berada pada daerah-daerah berelief rendah hingga dataran dengan kisaran ketinggian 20 - 100 mdpl dan pada zona Selatan muncul pada ketinggian antara 100 - 350 mdpl. Bukti lain bahwa proses karstifikasi kawasan ini masih berlanjut dan masih merupakan fungsi hidrologis adalah ditemukannya sungai-sungai bawah permukaan yang keluar sebagai aliran permukaan melalui corridor-corridor mulut gua yang ada pada daerah Sukolilo. Bukti ini dapat dilihat dari sungai bawah tanah yang terdapat di Gua Wareh, Gua Gondang, Gua Banyu dan Gua Pancuran. Keempat gua tersebut merupakan sistem perguaan sekaligus sistem sungai bawah tanah yang masih aktif. Fenomena tersebut memberikan gambaran bahwa perbukitan kawasan kars Kendeng Utara berfungsi sebagai kawasan resapan air (recharge area), kemudian air resapan tersebut terdistribusi keluar melalui mata air-mata air  yang bermunculan di bagian pemukiman dan di daerah-daerah dataran sekitar kawasan kars Pati dan Grobogan.
Dalam kawasan kars Kendeng Utara ini terdapat 33 sumber mata air yang mengelilingi kawasan kars Grobogan dan 79 sumber mata air yang mengelilingi kawasan kars Sukolilo Pati (Kendeng Utara). Keseluruhan mata air tersebut bersifat parenial artinya terus mengalir dalam debit yang konstan meskipun pada musim kemarau. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa pemunculan air di sepanjang musim selalu berubah. Pada musim kemarau berdasarkan perhitungan dari 38 sumber air yang ada di kawasan Sukolilo mencapai lebih dari 1.009 lt/dtk, dan mencukupi kebutuhan air lebih dari 7.882 KK yang ada di Kecamatan Sukolilo, dari 18 sumber air yang ada di Kecamatan Tawangharjo mencapai debit 462,796 lt/dtk dan mencukupi kebutuhan air lebih dari 5.000 KK yang ada di Kecamatan Tawangharjo dan Wirosari, Kabupaten Grobogan. Perhitungan ini akan lebih meningkat drastis pada saat musim hujan.
 Gambar 4. Peta Penyebaran Gua dan Sumber Air di Kawasan Kars Kendeng Utara

5.      IKLIM DI PULAU JAWA
Seperti daerah lain di pulau tropis, Jawa iklim Indonesia memiliki dua musim: musim hujan (selama bulan Oktober-April) dan musim kemarau (selama Mei-September). Musim kemarau adalah waktu terbaik jika Anda ingin mengunjungi pulau ini. Bulan-bulan terbasah adalah antara Januari-Februari. Jawa Barat dari daerah basah Timur dan daerah pegunungan menerima curah hujan lebih tinggi. Dataran tinggi Parahyangan Jawa Barat menerima lebih dari 4.000 mm per tahun, sedangkan pantai utara Jawa Timur menerima 900 mm per tahun.
Suhu rata-rata Jawa Indonesia mulai dari 22 ° C sampai 29 ° C atau 71,6 ° -84,2 tentang ° F. Rata-rata kelembaban cuaca Indonesia Jawa adalah 75%. Daerah utara yang lebih panas dari tengah-tengah Pulau, rata-rata 34 ° C di musim kemarau. Daerah selatan biasanya lebih dingin dari wilayah utara.
Khusus wilayah Jakarta memiliki puncak musim hujan pada bulan Januari dan Februari dengan curah hujan 350 milimeter. Suhu rata-rata adalah Jakarta 27 ° C. Curah hujan antara bulan Januari dan awal Februari sangat tinggi, saat itulah Jakarta dibanjiri, dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter. Pada bulan September dan awal Oktober adalah hari terpanas di Jakata, suhu bisa mencapai 40 ° C (104 ° F). Iklim di Banten dan Jawa Barat daerah sangat dipengaruhi oleh Monson
Perdagangan dan gelombang La Nina atau El Nino. Ketika musim hujan cuaca didominasi oleh Angin Barat (dari Sumatera dan Samudera India yang bergabung dengan angin dari Asia melalui Laut Cina Selatan), cuaca didominasi oleh angin Timur yang menyebabkan harshed Banten, khususnya di pantai utara, bahkan lebih sehingga ketika El Nino terakhir. Suhu di daerah pesisir berkisar antara 22 ° C dan 32 ° C, sedangkan suhu di pegunungan dengan ketinggian antara 400-1.350 m di atas permukaan laut antara 18 ° C-29 ° C. Curah hujan tertinggi Provinsi Banten mulai dari 2712-3670 mm pada musim hujan. Pada musim kemarau, curah hujan 615-833 mm tertinggi pada bulan April-Desember sedangkan curah huJawa Barat mungkin memiliki suhu 9 ° C (48,2 ° F) di puncak Gunung Pangrango dan 34 ° C (93,2 ° F) di Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun.
Wilayah Jawa Tengah memiliki curah hujan tahunan rata-rata 2.000 mm per tahun, dan suhu rata-rata 21-32 ° C (sekitar 69,8 ° -89,6 ° F). Daerah dengan curah hujan tinggi terutama berlokasi di Nusakambangan pulau (selatan Jawa), dan sepanjang Pegunungan Serayu. Daerah dengan curah hujan rendah dan sering kekeringan di musim kering Blora dan daerah sekitarnya serta di bagian selatan Wonogiri.
Dibandingkan dengan wilayah barat Jawa, Jawa Timur memiliki curah hujan kurang. Curah hujan rata-rata 1900 mm per tahun, dengan musim hujan selama 100 hari. Suhu rata-rata berkisar antara 21-34 ° C (sekitar 69,8 ° -93,2 ° F). Suhu di daerah pegunungan lebih rendah, dan bahkan di daerah Ranu Pani (lereng Gunung Semeru), suhu bisa mencapai minus 4 ° C atau 24,8 ° F, yang menyebabkan hujan salju yang lembut. jan terendah di kering 360-486 mm bulan Juni sampai September.

6.    DATARAN ALUVIAL UTARA JAWA

• Jawa Barat: Memanjang barat – timur dari
Teluk Banten – Jakarta – Cirebon
• Jawa Tengah: Cirebon – Pekalongan, Kendal –
Semarang, melebar di sekitar G. Muria
• Jawa Timur: aluvial tidak terdapat di bagian
utara, berbentuk segitiga Jombang –
Wonokromo- Bangil dan memanjang,
Bojonegoro - Surabaya Antiklinorum Rembang – Madura
• Perbukitan yang memanjang dari barat
Purwodadi sampai ke utara Gresik, berlanjut
ke Madura
• Lebarnya rata-rata 50 km, ketinggian
mencapai 500 m (Gading 535 m, Tungangan
491 m)
• Tiap-tiap kaki punggungan diselingi oleh
dataran aluvial (dekat Blora, Jojogan dan
sepanjang hilir Bengawan Solo) Antiklinorum Bogor
• Jalur antiklinorum Bogor memanjang sekitar
40 km dari perbatasan Banten sampai sungai
Pemali dan Bumiayu di Jawa Tengah
• Bagian baratnya membentang dari arah barat
– timur tetapi bagian timurnya arahnya agak
baratlaut – tenggara, menunjukkan kerangka
yang cembung ke arah utara
• Bagian timurnya tertutup oleh vulkan-vulkan
muda Peg. Serayu Utara
• Merupakan penghubung antiklinoruorum Bogor
dengan Peg. Kendeng di Jawa Timur
• Lebarnya 30 – 50 km
• Ujung baratnya tertutup oleh G. Slamet dan
bagian Timurnya tertutup oleh vulkanik muda,
G. Rogojembangan, kompleks Dieng dan G.

Ungaran
 Peg. Kendeng
• Sebelah selatan Semarang panjangnya 250 km
dan lebarnya 40 km, menyempit ke arah timur
sampai 20 km.
• Tingginya jarang lebih dari 500 m
• Dekat Ngawi terdapat sumbu depresi
(Bengawan Solo) yang membagi punggungan
menjadi bagian barat dan timur
 Peg. Bayah
• Punggungan rendah (Pliosen) merupakan
sambungan dari Selat Sunda
• Merupakan ambang diantara basin-basin
geosinklinal Sumatra dan Jawa Utara
• Ada bagian yang dibatasi oleh gunungapi
muda: G. Malang, G. Endut, G. Halimun I dan
G. Halimun II Peg. Serayu Selatan
• Bagian baratnya merupakan sebuah
pengangkatan dari Zona depresi Bandung,
terpisah dari Rangkaian Bogor oleh dataran
Majenang serta hulu sungai Cihaur dan Pasir.
• Bagian timurnya terpisah dari bagian barat
oleh lembah Jatilawang dekat Ajibarang serta
terpotong melintang oleh sungai Serayu
• Ujung timur (antara Purworejo dan Kali Progo)
dibentuk oleh Dome Pegunungan Kulonprogo Zone Bandung
• Depresi antar pegunungan, jalur memanjang
dengan lebar 20-40 km
• Membentang dari Pelabuhan Ratu di barat,
melalui lembah Cimandiri (Sukabumi), dataran
tinggi Cianjur, Bandung, Garut sampai Citandui
(Tasikmalaya) di sebelah timur dan berakhir di
Segara-anakan pada pantai selatan Jawa
Tengah Zona Serayu
• Terletak diantara Peg. Serayu Utara dan Peg.
Serayu Selatan
• Berbentuk memanjang (Majenang – Ajibarang
– Purwokerto – Wonosobo)
• Di sebelah timur Wonosobo melebar tetapi
tertutupi oleh G. Sundoro dan G. Sumbing Zona Solo
• Zona depresi memanjang di Jawa Timur
• Dapat dibagi menjadi tiga jalur yang sejajar:
subzona Ngawi, Zona Solo dan subzona Blitar
 Zona Randublatung
• Jalur sinklinal yang membujur dari Semarang
melalui Purwodadi – Randublatung –
Ngimbang sampai Wonokromo dekat
Surabaya Pegunungan Selatan
Jawa Barat:
• Membentang dari Pelabuhan Ratu sampai
Pulau Nusakambangan
• Lebar mencapai 50 km
• Bagian barat: Jampang (1000 m)
• Bagian tengah: Pengalengan (2000 m)
• Bagian timur: Karangnunggal (1000 m) Pegunungan Selatan
Jawa Timur
• Lebar mencapai 55 km di sebelah selatan
Surakarta, di sebelah selatan Blitar hanya 25 km
• Bagian timur terdiri dari Pegunungan Seribu
(Gunung Sewu), sebagian terdiri dari Kapur
(Karst).
• Diantara Pacitan dan Popoh, bagian utara Peg.
Selatan menunjukkan endapan vulkanik yang
lebih tua dan sisa peneplain kuarter.