Rabu, 21 Oktober 2015

Berjuang berbeda dengan Pejuang

19 tahun yang lalu aku berada di dekat ibu dan ayahku,ketika aku berumr 8 tahun aku menginjakan kaki di kota aku menunut ilmu di kota pergaulanku juga di kota hinga aku tumbuh dewasa sampai sampai aku tidak pernah pulang kekmpung halamanku.waktuku kecil hidupku seperti bidadari kecil yang di manja apapun yang aku inginkan akan terwujud tidak pernah merasakan apa yang itu sakit sakit apa itu caci maki dan apa itu hinaan yang aku tau orang tanteku menyayangiku,dia tidak pernah marah kepadaku sedikitpun.hingga aku aku tumbuh remaja aku mulai merasakan apa yang tidak aku rasakan ketika aku masih kecil,aku menyesal mengapa aku harus tinggal dengan orang orang yang menurutku hanya membuatku sakit hati dan menahan hati mereka tidak pernah memikirkan perasaanku sama skali mereka hanya bisa engunggkapkan kata kata kasar.air mata tidak pernah abisuntuk menanggis terkadang aku seperti orang yang selalu salah dimata mereka aku inin menjawab apa yang harus aku jawab tapi hanya sia sia aku akan tetap salah.setiap hari yang aku rasakan hanya keterkekangan serba salah tidak ada benarnya apa yng aku lakukan sekarang.ketika SMA pun tiba keadaan semakin para yang aku rasakan,untuk sekolah pun susah mencari uang untukkeperluan sekolah  dengan berjualan pulsa,menjual gambaran karyaku sendiri,3 tahun lamanya aku di SMA masa masa sulit itu aku lewati demi untuk bersekolah tanpa uang saku sedikitpun untukku tapi aku tetap semangat sekolah beesyukur karena itu adalah cobaan dari Allah SWT,ketika pulang sekolah bukan seperti teman-temaanku lempar tas dikamar lalu tidur berebda denganku ketika pilang sekolah banyak sekali aktivitas yang aku lakukan terkadang baju sekolahpun tidak di lepas .ketikatamat sekolah aku berharap dapat masuk di perguruan negeri tapi nasib berpihak lain aku hanya bisa masuk di swasta keadaanku semakin dituntut untuk menjadi lebih baik tapi seperti memaksa apa yang aku lakukan akan salahdi tuntut mencari kerja ketika bayaran semester untuk kuliah sangat sulit yang aku rasakan.saran saya ketika anda ingin kuliah tolong liat situasi anda sekarang apakah mempunyai keuangan yang mencukupi tidak masalah akan tetapi berfikirlah jika kalian akan tinggal dengan tante om uwak atau siapapun karena seseorang it berbeda dengan orang tua kalin sendiri karena orang tua tidak akan menuntutmu untuk menjadi keset kaki yang di injak injak .kita hidup dengan orang lain hanya yang anda rasakan rasa sakit hati dan keceewa.maka dari itu sebelum kalian melamjutkan kuliah kalian terlebih dahulu menyiapkan uang yaitu bekerja terlebih dahulu,jika kalian hanya mengandalkan satu orang bagaimana kalian akan sampai pada titik erang yang sebenarnya.

Senin, 19 Oktober 2015

Inilah kami seorang mahasiswa

Kampus dimana kita merasakan apa yang dinamakan dunia pendidikan yang sebenarnya,teman yang berbeda sikap dan pilaku kita rasakan.saya sendiri sebagai mahasiswa jurusan fkip geografi di salah satu universitas swasta di palembang,dimana saya waktu SMA merasakan masa remaja yang asik bercanda dengan teman-teman tanpa menghiraukan pelajaran tugas tanpa saya perdulikan sekarang saya sendiri merasakan tugas yang menumpuk makalah menggunung uang jajan uang saku pun ikut terkuras.keluhan yang saya rasakan ketika uang registrasi uang semester sulit untuk di dapat,benar apa kata orang kuliah tidak gampang.apalagi pandangan orang tua yang kurang mampu dia akan berfikir tentang kampus hanyalah menghabiskan uang saja,bukan hanya uang tenagapun terkuras hanya untuk tugas yang menumpuk setiap hari waktupun ikut tersita susah untuk berkumpul dengan teman SMA.menyandang predikat mahasiswa tidak mudah teman butuh ektra hati-hati,waspada,semangat ,materi,dan motivasi diri kalian agar mampu menyelesaikan tugas kalian di kampus bukan hanya belajara secara tulisan akan tetapi kampus juga adalah agen kita untuk berorganisasi agar terbiasa berbicara di depan umum.organisasi di kampus bukan hanya ikuti kumpul saja akan tetapi diri kita harus melakukan hal apa saja yang di lakukan di organisasi misalkan ada kegiatan BEM.Hey teman kalian sadar tidak perubahan yang kalian alami dari SMA hingga di bangku kuliah apa kalian sudah mampu bersiap dewasa berani mengungkapkan pendapat berdebat ketika diskusi kesal ketika nilai kalian mendapat  C bukan hanya itu kalian juga mendapatkan dosen yang kemarin sewaktu kalian SMA yang kalian hanya tau sebutan seseorang yang mengajar dengan nama guru pak guru dan buk guru sekarang kalian bisa tau dengan nama dosen,dosenpun bermacam-macam sifat dan karakter kita harus faham dan mengerti karakter dosen kita jangan hanya tau nama  saja dan perlu hati-hati dan ekstra hati-hati nilai kalian teman jangan sampai nilai kalian hancur diwarnai huruf C yang menganggu.terimah kasih sudah membaca teman-teman mahasiswa

TUGAS GEOMORFOLOGI PULAU JAWA

GEOMORFOLOGI PULAU JAWA

MATA KULIAH GEOMORFOLOGI INDONESIA
DOSEN PENGASUH :
NURANISA.M,Pd
DI SUSUN OLEH :
ARTASIA YUNENSI
KELAS :3C
UNIVERSITAS PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

2015







1.         FISIOGRAFI DAN GEOMORFOLOGI PULAU JAWA

A.    morfologi

Pulau Jawa mempunyai sifat fisiografi yang khas dan hal ini disebabkan karena beberapa keadaan. Satu diantaranya Jawa beriklim tropis. Disamping itu ciri-ciri geografinya disebabkan karena merupakan geosiklinal muda dan jalur orogenesa dengan banyak vulkanisme yang kuat. Kondisi seperti itu mengakibatkan Jawa mempunyai bentuk yang sempit dan memanjang. Perubahannya dalam bagian-bagian tertentu yaitu sepanjang dan searah dengan panjangnya pulau Jawa. Sifat relief yang disebabkan oleh iklim tropis sudah diketahui dan dipelajari di Indonesia. Curah hujan yang besar dan temperatur yang tinggi menyebabkan pelapukan yang cepat dan intensif, danudasi, dan gejala yang mengikuti adalah erosi vertikal. Perbedaan topografi yang disebabkan karena adanya perbedaan batuannya kurang nampak jelas bila dibandingkan dengan daerah iklim lain, meskipun pulau Jawa banyak terdapat lembah kecil dan mempunyai tebing yang curam. Akibatnya banyak hujan berarti banyak air yang harus dibuang sehingga banyak terjadi dijumpai parit alam (gully) yang begitu rapat. Karena banyaknya pari-parit yang rapat mengakibatkan topografinya terkikis, sehingga sisa permukaan yang dulu pernah terangkat tinggal sebagian igir yang sempit dan akan hilang dalam waktu singkat. Sebaliknya peneplain dan permukaan yang datar juga akan terbentuk dalam waktu yang cepat dari pada di daerah iklim lainnya. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan suatu daerah berupa peneplain, tetapi untuk pulau Jawa mungkin mengherankan mengapa semua topografinya belum merupakan peneplain. Alasannya bahwa erosi dan danudasi dapat diimbangi oleh orogenesa muda dan epirogenesa yang masih bergerak, yang mana gerak lipatan/ melipat masih terus berlangsung dalam sebuah periode era pleistosen. Akan tetapi di balik itu gunungapi banyak mengeluarkan bahan-bahan yang banyak dari pada apa yang dihasilkan oleh gejala erosi pada permukaan tanah. Pada dasarnya dapat dibedakan 3 zona pokok memanjang sepanjang pulau. Ketiga zona ini sangat berbeda baik di Jawa Timur, Jawa Tengah, maupun Jawa Barat. Dibagian tengah dan bagian paling barat pulau Jawa, zona-zona serta jalurnya tampak kurang jelas karena menunjukan adanya perubahan-perubahan. Zona-zona tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Zona Selatan
Kurang lebih berupa plato, berlereng (miring) ke arah selatan menuju laut Hindia dan disebelah utara berbentuk tebing patahan. Kadang-kadang zona ini sering terkikis sehingga kehilangannya bentuk platonya. Di Jawa Tengah sebagian dari zona ini telah diganti (ditempati) oleh dataran alluvial.
b. Zona Tengah
Di Jawa Timur dan sebagian dari Jawa Barat merupakan depresi. Di tempat-tempat tersebut muncul kelompok gunung berapi yang besar. Di Jawa Tengah sebagian daerahnya diganti (ditempati) oleh rangkaian pegunungan Serayu selatan, yang mana disebelah utara berbatasan dengan depresi yang lebih kecil. Di bagian paling barat daerah Banten ditempati oleh bukit-bukit dan pegunungan.
c. Zona Utara
Zona utara terdiri dari rangkaian gunung lipatan, berupa bukit-bukit rendah diselingi oleh beberapa gunungapi. Dan ini biasanya berbatasan dengan dataran alluvial.


B.     Fisiografi pulau jawa
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYb_IpLz3QkGpULZsV-Ln4C8wyodX9Nh98J2-50RRz_e8MxL_tpZIW7sLaMbELStMCMdVZSGoEC4PuuM6rLUtfNcFgTPw3v0FtFyGQHmZb4HJolc9f7JiojNDbas20Q2CYTK3AlR_1p477/s320/peta-Jawa.jpg

 

Pulau Jawa memiliki sifat fisiografi yang khas, dan hal ini disebabkan karena beberapa keadaan. Satu di antaranya adalah iklim tropis, disamping itu ciri-ciri geografisnya disebabkan karena merupakan geosinklinal muda dan jalur orogenesa dengan banyak vulkanisme yang kuat. Karena kekuatan inilah mengakibatkan Pulau Jawa berbentuk memanjang dan sempit.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEici3M-lypLxSgUGPxB9KGe30sVVDAk6px3eCEpUJ7A31hyphenhyphenhgLH4qgByKY0gvFNkOJiRqQu_Jbd3tQ4BJm7mM9tGMAY9TXEVlMYRyoSvrSzTHj6plbHJaSIFXbOCZmH08YJSCRxIVI02ah3/s320/geomorfologi06.jpg
Perubahannya dalam bagian-bagian tertentu sepanjang dan searah dengan panjangnya pulau, dari tepi satu ke tepi yang lainnya. Sifat relief yang disebabkan oleh iklim tropis sudah diketahui dan dipetakan di Indonesia. Curah hujan yang besar dan temperatur yang tinggi menyebabkan pelapukan yang cepat dan intensif, juga denudasi, gejala yang mengikuti adalah erosi vertikal.

Perbedaan topografi yang disebabkan adanya perbedaan batu-batuannya nampak kurang jelas bila dibandingkan dengan daerah iklim lain, meskipun lembah kecil mempunyai tebing yang curam. Akibatnya banyak hujan berarti banyak air yang harus dibuang, sehingga banyak parit alam (guliy) yang begitu rapat.

Karena banyaknya parit-parit yang rapat tersebut topografinya terkikis-kikis. Akibatnya sisa-sisa permukaan yang dulu pernah terangkat hilang dalam waktu yang singkat.Sebaliknya peneplain dan lain-lain yang permukaannya datar juga terbentuk dalam waktu yang singkat dari pada iklim yang lainnya. Dalam hal ini mungkin mengherankan mengapa topografi Pulau Jawa semuanya belum merupakan peneplain? Hal ini karena erosi dan denudasi dapat diimbangi orogenesa muda dan epirogenesa yang masih bergerak, yang mana gerak pelipatan masih terus berlangsung dalam sebuah periode dari era pleistosen, tapi di balik itu semua gunung berapi banyak mengeluarkan bahan-bahan material yang lebih banyak daripada apa yang dihasilkan oleh gejala erosi pada permukaan tanah.

Pulau Jawa secara fisiografi dan struktural, dibagi atas empat bagian utama (Bemmelen, 1970) yaitu:
§  Sebelah barat Cirebon (Jawa Barat)
§  Jawa Tengah (antara Cirebon dan Semarang)
§  Jawa Timur (antara Semarang dan Surabaya)
§  Cabang sebelah timur Pulau Jawa, meliputi Selat Madura dan Pulau Madura Jawa Tengah merupakan bagian yang sempit di antara bagian yang lain dari Pulau Jawa, lebarnya pada arah utara-selatan sekitar 100 – 120 km.
Daerah Jawa Tengah tersebut terbentuk oleh dua pegunungan yaitu Pegunungan Serayu Utara yang berbatasan dengan jalur Pegunungan Bogor di sebelah barat dan Pegunungan Kendeng di sebelah timur serta Pegunungan Serayu Selatan yang merupakan terusan dari Depresi Bandung di Jawa Barat.
Pegunungan Serayu Utara memiliki luas 30-50 km, pada bagian barat dibatasi oleh Gunung Slamet dan di bagian timur ditutupi oleh endapan gunung api muda dari Gunung Rogojembangan, Gunung Prahu dan Gunung Ungaran.
Gunung Ungaran merupakan gunung api kuarter yang menjadi bagian paling timur dari Pegunungan Serayu Utara. Daerah Gunung Ungaran ini di sebelah utara berbatasan dengan dataran aluvial Jawa bagian utara, di bagian selatan merupakan jalur gunung api Kuarter (Sindoro, Sumbing, Telomoyo, Merbabu), sedangkan pada bagian timur berbatasan dengan Pegunungan Kendeng (Gambar 2.1). Bagian utara Pulau Jawa ini merupakan geosinklin yang memanjang dari barat ke timur (Bemmelen, 1970).
ketsa fisiografi Pulau Jawa bagian tengah (Bemmelen,1943 vide Bemmelen, 1970, dengan modifikasi)

     C.  Stratigrafi Regional
Secara lebih rinci, fisiografi Pegunungan Serayu Utara dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian barat (Bumiayu), bagian tengah (Karangkobar) dan bagian timur (Ungaran). Dalam Bemmelen (1970) diuraikan bahwa stratigrafi regional Pegunungan Serayu Utara bagian timur (Gunung Ungaran dan sekitarnya) dari yang tertua adalah sebagai berikut:
a)      Lutut Beds Endapan ini berupa konglomerat dan batugamping dengan fosil berupa Spiroclypeus, Eulipidina, Miogypsina dengan penyebaran yang sempit. Endapan ini menutupi endapan Eosen yang ada di bawahnya.endapan ini berumur Oligo-Miosen.
b)      Merawu Beds Endapan ini merupakan endapan flysch yang berupa perselangselingan lempung serpihan, batupasir kuarsa dan batupasir tufaan dengan fosil Lepidocyclina dan Cycloclypeus. Endapan ini berumur Miosen Bawah.
c)      Panjatan Beds Endapan ini berupa lempung serpihan yang relatif tebal dengan kandungan fosil Trypliolepidina rutteni, Nephrolepidina ferreroi PROV., N. Angulosa Prov., Cycloclypeus sp., Radiocyclocypeus TAN., Miogypsina thecideae formis RUTTEN. Fosil yang ada menunjukkan Miosen Tengah.
d)     Banyak Beds Endapan ini berupa batu pasir tufaan yang diendapkan pada Miosen Atas.
e)      Cipluk Beds Endapan ini berada di atas Banyak Beds yang berupa napal yang berumur Miosen Atas.
f)       Kapung Limestone Batu gamping tersebut diendapkan pada Pliosen Bawah dengan dijumpainya fosil Trybliolepidina dan Clavilithes sp. Namun fosil ini kelimpahannya sangat sedikit.
g)      Kalibluk Beds Endapan ini berupa lempung serpihan dan batupasir yang mengandung moluska yang mencirikan fauna cheribonian yang berumur Pliosen Tengah.
h)      Damar Series Endapan ini merupakan endapan yang terbentuk pada lingkungan transisi. Endapan yang ada berupa tuffaceous marls dan batupasir tufaan yang mengandung fosil gigi Rhinocerous, yang mencirikan Pleistosen awal-Tengah.
i)        Notopuro Breccias Endapan ini berupa breksi vulkanik yang menutupi secara tidak selaras di atas endapan Damar Series. Endapan ini terbentuk pada Pleistosen Atas.
j)        Alluvial dan endapan Ungaran Muda Endapan ini merupakan endapan alluvial yang dihasilkan oleh proses erosi yang terus berlangsung sampai saat ini (Holosen). Selain itu juga dijumpai endapan breksi andesit yang merupakan produk dari Gunung Ungaran Muda. Menurut Budiardjo et. al. (1997), stratigrafi daerah.Ungaran dari yang tua ke yang muda adalah sebagai berikut:
1.      Batugamping volkanik
2.      Breksi volkanik III
3.      Batupasir volkanik
4.      Batulempung volkanik
5.      Lava andesitic
6.      Andesit porfiritik
7.      Breksi volkanik II
8.      Breksi volkanik I
9.      Andesit porfiritik
10.  Lava andesit
11.  .Aluvium
Peta geologi regional daerah Ungaran (Budiardjo, et. al., 1997) 
Peta Ungaran fault System dan antiklinorium utara Candi (Bemmelen, 1943 vide Bemmelen, 1970 dengan perubahan

2.           JENIS-JENIS TANAH DI PULAU JAWA

1.      Tanah Vulkanis
Ciri-cirinya :
§  Butir tanahnya halus hingga menyerupai abu
§  Tidak mudah terbang bila ditiup angin
§  Tanahnya sangat subur
§  Banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan
§  Pulau Jawa merupakan letak terbanyak gunung berapi di Indonesia
§  Tersebar di bagian tengah dan selatan Pulau Jawa

2.      Tanah Aluvial
Ciri-cirinya :
§  Tanahnya sangat subur
§  Terbentuk dari hasil endapan di tempat yg lebih rendah
§  Banyak terdapat di lembah aliran sungai dan dataran rendah
§  Daerah ini merupakan lumbung-lumbung beras di tanah air
§  Dimanfaatkan sebagai daerah  pertanian tanaman padi
§  Tersebar di bagian utara Pulau Jawa

3.      Tanah Humus
Ciri-cirinya :
§  Tanahnya sangat subur
§  Berasal dr pembusukan tumbuhan
§  Terdapat di bag. Atas dr tanah pada hutan-hutan lebat
§  Berasal dari pembusukan-pembusukan tumbuhan



3.          HIDROLOGI PULAU JAWA
Pola hidrologi kawasan kars Kendeng Utara secara regional adalah pola aliran  paralel dimana terdapat penjajaran mata air dan mengikuti struktur geologi yang ada. Pola aliran seperti ini merupakan cerminan bahwa pola aliran sungai di kawasan kars Sukolilo Pati dan kawasan kars Grobogan dipengaruhi oleh struktur geologi yang berkembang. Sungai-sungai yang mengalir dibagi menjadi dua zona, yaitu zona aliran Utara dan zona aliran Selatan. Baik zona Utara maupun Selatan adalah sungai-sungai yang muncul dari rekahan batugamping kawasan tersebut atau karst spring dengan tipe mata air kars rekahan (fracture springs).Terbentuknya mata air rekahan tersebut akibat terjadinya patahan pada blok batugamping di kawasan ini saat proses pengangkatan dan perlipatan.
Zona ditemukannya penjajaran mata air tersebut merupakan batas zona jenuh. Pada zona Utara pemunculan mata air kars berada pada daerah-daerah berelief rendah hingga dataran dengan kisaran ketinggian 20 - 100 mdpl dan pada zona Selatan muncul pada ketinggian antara 100 - 350 mdpl. Bukti lain bahwa proses karstifikasi kawasan ini masih berlanjut dan masih merupakan fungsi hidrologis adalah ditemukannya sungai-sungai bawah permukaan yang keluar sebagai aliran permukaan melalui corridor-corridor mulut gua yang ada pada daerah Sukolilo. Bukti ini dapat dilihat dari sungai bawah tanah yang terdapat di Gua Wareh, Gua Gondang, Gua Banyu dan Gua Pancuran. Keempat gua tersebut merupakan sistem perguaan sekaligus sistem sungai bawah tanah yang masih aktif. Fenomena tersebut memberikan gambaran bahwa perbukitan kawasan kars Kendeng Utara berfungsi sebagai kawasan resapan air (recharge area), kemudian air resapan tersebut terdistribusi keluar melalui mata air-mata air  yang bermunculan di bagian pemukiman dan di daerah-daerah dataran sekitar kawasan kars Pati dan Grobogan.
Dalam kawasan kars Kendeng Utara ini terdapat 33 sumber mata air yang mengelilingi kawasan kars Grobogan dan 79 sumber mata air yang mengelilingi kawasan kars Sukolilo Pati (Kendeng Utara). Keseluruhan mata air tersebut bersifat parenial artinya terus mengalir dalam debit yang konstan meskipun pada musim kemarau. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa pemunculan air di sepanjang musim selalu berubah. Pada musim kemarau berdasarkan perhitungan dari 38 sumber air yang ada di kawasan Sukolilo mencapai lebih dari 1.009 lt/dtk, dan mencukupi kebutuhan air lebih dari 7.882 KK yang ada di Kecamatan Sukolilo, dari 18 sumber air yang ada di Kecamatan Tawangharjo mencapai debit 462,796 lt/dtk dan mencukupi kebutuhan air lebih dari 5.000 KK yang ada di Kecamatan Tawangharjo dan Wirosari, Kabupaten Grobogan. Perhitungan ini akan lebih meningkat drastis pada saat musim hujan.
 Gambar 4. Peta Penyebaran Gua dan Sumber Air di Kawasan Kars Kendeng Utara

5.      IKLIM DI PULAU JAWA
Seperti daerah lain di pulau tropis, Jawa iklim Indonesia memiliki dua musim: musim hujan (selama bulan Oktober-April) dan musim kemarau (selama Mei-September). Musim kemarau adalah waktu terbaik jika Anda ingin mengunjungi pulau ini. Bulan-bulan terbasah adalah antara Januari-Februari. Jawa Barat dari daerah basah Timur dan daerah pegunungan menerima curah hujan lebih tinggi. Dataran tinggi Parahyangan Jawa Barat menerima lebih dari 4.000 mm per tahun, sedangkan pantai utara Jawa Timur menerima 900 mm per tahun.
Suhu rata-rata Jawa Indonesia mulai dari 22 ° C sampai 29 ° C atau 71,6 ° -84,2 tentang ° F. Rata-rata kelembaban cuaca Indonesia Jawa adalah 75%. Daerah utara yang lebih panas dari tengah-tengah Pulau, rata-rata 34 ° C di musim kemarau. Daerah selatan biasanya lebih dingin dari wilayah utara.
Khusus wilayah Jakarta memiliki puncak musim hujan pada bulan Januari dan Februari dengan curah hujan 350 milimeter. Suhu rata-rata adalah Jakarta 27 ° C. Curah hujan antara bulan Januari dan awal Februari sangat tinggi, saat itulah Jakarta dibanjiri, dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter. Pada bulan September dan awal Oktober adalah hari terpanas di Jakata, suhu bisa mencapai 40 ° C (104 ° F). Iklim di Banten dan Jawa Barat daerah sangat dipengaruhi oleh Monson
Perdagangan dan gelombang La Nina atau El Nino. Ketika musim hujan cuaca didominasi oleh Angin Barat (dari Sumatera dan Samudera India yang bergabung dengan angin dari Asia melalui Laut Cina Selatan), cuaca didominasi oleh angin Timur yang menyebabkan harshed Banten, khususnya di pantai utara, bahkan lebih sehingga ketika El Nino terakhir. Suhu di daerah pesisir berkisar antara 22 ° C dan 32 ° C, sedangkan suhu di pegunungan dengan ketinggian antara 400-1.350 m di atas permukaan laut antara 18 ° C-29 ° C. Curah hujan tertinggi Provinsi Banten mulai dari 2712-3670 mm pada musim hujan. Pada musim kemarau, curah hujan 615-833 mm tertinggi pada bulan April-Desember sedangkan curah huJawa Barat mungkin memiliki suhu 9 ° C (48,2 ° F) di puncak Gunung Pangrango dan 34 ° C (93,2 ° F) di Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun.
Wilayah Jawa Tengah memiliki curah hujan tahunan rata-rata 2.000 mm per tahun, dan suhu rata-rata 21-32 ° C (sekitar 69,8 ° -89,6 ° F). Daerah dengan curah hujan tinggi terutama berlokasi di Nusakambangan pulau (selatan Jawa), dan sepanjang Pegunungan Serayu. Daerah dengan curah hujan rendah dan sering kekeringan di musim kering Blora dan daerah sekitarnya serta di bagian selatan Wonogiri.
Dibandingkan dengan wilayah barat Jawa, Jawa Timur memiliki curah hujan kurang. Curah hujan rata-rata 1900 mm per tahun, dengan musim hujan selama 100 hari. Suhu rata-rata berkisar antara 21-34 ° C (sekitar 69,8 ° -93,2 ° F). Suhu di daerah pegunungan lebih rendah, dan bahkan di daerah Ranu Pani (lereng Gunung Semeru), suhu bisa mencapai minus 4 ° C atau 24,8 ° F, yang menyebabkan hujan salju yang lembut. jan terendah di kering 360-486 mm bulan Juni sampai September.

6.    DATARAN ALUVIAL UTARA JAWA

• Jawa Barat: Memanjang barat – timur dari
Teluk Banten – Jakarta – Cirebon
• Jawa Tengah: Cirebon – Pekalongan, Kendal –
Semarang, melebar di sekitar G. Muria
• Jawa Timur: aluvial tidak terdapat di bagian
utara, berbentuk segitiga Jombang –
Wonokromo- Bangil dan memanjang,
Bojonegoro - Surabaya Antiklinorum Rembang – Madura
• Perbukitan yang memanjang dari barat
Purwodadi sampai ke utara Gresik, berlanjut
ke Madura
• Lebarnya rata-rata 50 km, ketinggian
mencapai 500 m (Gading 535 m, Tungangan
491 m)
• Tiap-tiap kaki punggungan diselingi oleh
dataran aluvial (dekat Blora, Jojogan dan
sepanjang hilir Bengawan Solo) Antiklinorum Bogor
• Jalur antiklinorum Bogor memanjang sekitar
40 km dari perbatasan Banten sampai sungai
Pemali dan Bumiayu di Jawa Tengah
• Bagian baratnya membentang dari arah barat
– timur tetapi bagian timurnya arahnya agak
baratlaut – tenggara, menunjukkan kerangka
yang cembung ke arah utara
• Bagian timurnya tertutup oleh vulkan-vulkan
muda Peg. Serayu Utara
• Merupakan penghubung antiklinoruorum Bogor
dengan Peg. Kendeng di Jawa Timur
• Lebarnya 30 – 50 km
• Ujung baratnya tertutup oleh G. Slamet dan
bagian Timurnya tertutup oleh vulkanik muda,
G. Rogojembangan, kompleks Dieng dan G.

Ungaran
 Peg. Kendeng
• Sebelah selatan Semarang panjangnya 250 km
dan lebarnya 40 km, menyempit ke arah timur
sampai 20 km.
• Tingginya jarang lebih dari 500 m
• Dekat Ngawi terdapat sumbu depresi
(Bengawan Solo) yang membagi punggungan
menjadi bagian barat dan timur
 Peg. Bayah
• Punggungan rendah (Pliosen) merupakan
sambungan dari Selat Sunda
• Merupakan ambang diantara basin-basin
geosinklinal Sumatra dan Jawa Utara
• Ada bagian yang dibatasi oleh gunungapi
muda: G. Malang, G. Endut, G. Halimun I dan
G. Halimun II Peg. Serayu Selatan
• Bagian baratnya merupakan sebuah
pengangkatan dari Zona depresi Bandung,
terpisah dari Rangkaian Bogor oleh dataran
Majenang serta hulu sungai Cihaur dan Pasir.
• Bagian timurnya terpisah dari bagian barat
oleh lembah Jatilawang dekat Ajibarang serta
terpotong melintang oleh sungai Serayu
• Ujung timur (antara Purworejo dan Kali Progo)
dibentuk oleh Dome Pegunungan Kulonprogo Zone Bandung
• Depresi antar pegunungan, jalur memanjang
dengan lebar 20-40 km
• Membentang dari Pelabuhan Ratu di barat,
melalui lembah Cimandiri (Sukabumi), dataran
tinggi Cianjur, Bandung, Garut sampai Citandui
(Tasikmalaya) di sebelah timur dan berakhir di
Segara-anakan pada pantai selatan Jawa
Tengah Zona Serayu
• Terletak diantara Peg. Serayu Utara dan Peg.
Serayu Selatan
• Berbentuk memanjang (Majenang – Ajibarang
– Purwokerto – Wonosobo)
• Di sebelah timur Wonosobo melebar tetapi
tertutupi oleh G. Sundoro dan G. Sumbing Zona Solo
• Zona depresi memanjang di Jawa Timur
• Dapat dibagi menjadi tiga jalur yang sejajar:
subzona Ngawi, Zona Solo dan subzona Blitar
 Zona Randublatung
• Jalur sinklinal yang membujur dari Semarang
melalui Purwodadi – Randublatung –
Ngimbang sampai Wonokromo dekat
Surabaya Pegunungan Selatan
Jawa Barat:
• Membentang dari Pelabuhan Ratu sampai
Pulau Nusakambangan
• Lebar mencapai 50 km
• Bagian barat: Jampang (1000 m)
• Bagian tengah: Pengalengan (2000 m)
• Bagian timur: Karangnunggal (1000 m) Pegunungan Selatan
Jawa Timur
• Lebar mencapai 55 km di sebelah selatan
Surakarta, di sebelah selatan Blitar hanya 25 km
• Bagian timur terdiri dari Pegunungan Seribu
(Gunung Sewu), sebagian terdiri dari Kapur
(Karst).
• Diantara Pacitan dan Popoh, bagian utara Peg.
Selatan menunjukkan endapan vulkanik yang
lebih tua dan sisa peneplain kuarter.